1. Tanda Titik (.)
III.A.1 Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.
Misalnya:
·
Mereka duduk di sana.
·
Dia akan datang pada pertemuan itu.
III.A.2 Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam
suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
·
I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia
A. Bahasa Indonesia
1. Kedudukan
2. Fungsi
B. Bahasa Daerah
1. Kedudukan
2. Fungsi
C. Bahasa Asing
1. Kedudukan
2. Fungsi
·
1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
...
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai
pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam suatu perincian.
Misalnya:
Bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai
1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,
a) lambang kebanggaan nasional,
b) identitas nasional, dan
c) alat pemersatu bangsa;
2) bahasa negara ....
(2) Tanda titik tidak dipakai
pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu angka (seperti pada Misalnya
III.A.2.b).
(3) Tanda titik tidak dipakai
di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran deret digital yang lebih
dari satu angka dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.
Misalnya:
·
Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia
·
Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia
·
Bagan 2 Struktur Organisasi
·
Bagan 2.1 Bagian Umum
·
Grafik 4 Sikap Masyarakat Perkotaan terhadap Bahasa Indonesia
·
Grafik 4.1 Sikap Masyarakat Berdasarkan Usia
·
Gambar 1 Gedung Cakrawala
·
Gambar 1.1 Ruang Rapat
III.A.3 Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan
detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Misalnya:
·
pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35
menit, 20 detik)
·
01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
·
00.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
·
00.00.30 jam (30 detik)
III.A.4 Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama
penulis, tahun, judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru), dan tempat terbit.
Misalnya:
·
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta
Bahasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.
·
Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.
III.A.5 Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Misalnya:
·
Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
·
Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.
·
Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00.
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai
untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan
jumlah.
Misalnya:
·
Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
·
Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa halaman 1305.
·
Nomor rekening panitia seminar adalah 0015645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai
pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
·
Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
·
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
·
Gambar 3 Alat Ucap Manusia
·
Tabel 5 Sikap Bahasa Generasi Muda Berdasarkan Pendidikan
(3) Tanda titik tidak dipakai
di belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat serta (b) tanggal surat.
Misalnya:
·
Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki
Jalan Cikini Raya No. 73
Menteng
Jakarta 10330
·
Yth. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV
Rawamangun
Jakarta Timur
·
Indrawati, M.Hum.
Jalan Cempaka II No. 9
Jakarta Timur
·
21 April 2013
·
Jakarta, 15 Mei 2013 (tanpa kop surat)
2.
Tanda Koma (,)
III.B.1 Tanda koma dipakai di antara
unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya:
·
Telepon
seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
·
Buku,
majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
·
Satu,
dua, ... tiga!
III.B.2 Tanda koma dipakai sebelum kata
penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan,
dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya:
·
Saya
ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
·
Ini
bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
·
Dia
membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.
III.B.3 Tanda koma dipakai untuk
memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
·
Kalau
diundang, saya akan datang.
·
Karena
baik hati, dia mempunyai banyak
teman.
·
Agar
memiliki wawasan yang luas,
kita harus banyak membaca buku.
Catatan: Tanda koma tidak dipakai
jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Misalnya:
·
Saya
akan datang kalau diundang.
·
Dia
mempunyai banyak teman karena baik hati.
·
Kita
harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.
III.B.4 Tanda koma dipakai di belakang
kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi,
dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Misalnya:
·
Mahasiswa
itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa
belajar di luar negeri.
·
Anak
itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi
bintang pelajar
·
Orang
tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil menjadi
sarjana.
III.B.5 Tanda koma dipakai sebelum
dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik,
atau Nak.
Misalnya:
·
O, begitu?
·
Wah, bukan main!
·
Hati-hati, ya,
jalannya licin!
·
Nak, kapan selesai kuliahmu?
·
Siapa
namamu, Dik?
·
Dia
baik sekali, Bu.
III.B.6 Tanda koma dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
·
Kata
nenek saya, "Kita harus berbagi dalam hidup ini."
·
"Kita
harus berbagi dalam hidup ini," kata nenek saya, "karena manusia
adalah makhluk sosial."
Catatan: Tanda koma tidak dipakai
untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah,
atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
Misalnya:
·
"Di
mana Saudara tinggal?" tanya Pak Lurah.
·
"Masuk
ke dalam kelas sekarang!" perintahnya.
·
"Wow,
indahnya pantai ini!" seru wisatawan itu.
III.B.7 Tanda koma dipakai di antara (a)
nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d)
nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
·
Sdr.
Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan Matraman,
Jakarta 13130
·
Dekan
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
·
Surabaya,
10 Mei 1960
·
Tokyo,
Jepang
III.B.8 Tanda koma dipakai untuk
memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
·
Gunawan,
Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
·
Halim,
Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat
Bahasa.
·
Tulalessy,
D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di Wilayah Indonesia
Timur. Ambon: Mutiara Beta.
III.B.9 Tanda koma dipakai di antara
bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
·
Sutan
Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2
(Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
·
Hadikusuma
Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung:
Alumni, 1977), hlm. 12.
·
W.J.S.
Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta:
UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
III.B.10 Tanda koma dipakai di antara nama
orang dan singkatan gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
·
B.
Ratulangi, S.E.
·
Ny.
Khadijah, M.A.
·
Bambang
Irawan, M.Hum.
·
Siti
Aminah, S.H., M.H.
Catatan: Bandingkan Siti
Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti
Khadijah Mas Agung).
III.B.11 Tanda koma dipakai sebelum angka
desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
·
12,5
m
·
27,3
kg
·
Rp500,50
·
Rp750,00
III.B.12 Tanda koma dipakai untuk mengapit
keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
Misalnya:
·
Di
daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum
diolah.
·
Semua
siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan
paduan suara.
·
Soekarno, Presiden
I RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan Nonblok.
·
Pejabat
yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib
menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.
Bandingkan dengan keterangan pewatas
yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma!
·
Siswa yang
lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu tanpa
melalui tes.
III.B.13 Tanda koma dapat dipakai
di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah
baca/salah pengertian.
Misalnya:
·
Dalam
pengembangan bahasa,
kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
·
Atas
perhatian Saudara,
kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
·
Dalam
pengembangan bahasa kita
dapat memanfaatkan bahasa daerah.
·
Atas
perhatian Saudara kami
ucapkan terima kasih.
3.
Tanda Titik Koma (;)
III.C.1 Tanda titik koma dapat dipakai
sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara yang satu
dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
·
Hari
sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
·
Ayah
menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik membaca cerita pendek.
III.C.2 Tanda titik koma dipakai pada
akhir perincian yang berupa klausa.
Misalnya:
Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini
adalah
(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana S-1;
(3) berbadan sehat; dan
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
III.C.3 Tanda titik koma dipakai untuk
memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda
koma.
Misalnya:
·
Ibu
membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan
jeruk.
·
Agenda
rapat ini meliputi
a. pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
b. penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; dan
c. pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.
4.
Tanda Titik Dua (:)
III.D.1 Tanda titik dua dipakai pada akhir
suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan.
Misalnya:
·
Mereka
memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
·
Hanya
ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
III.D.2 Tanda titik dua tidak dipakai
jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan.
Misalnya:
·
Kita
memerlukan kursi, meja, dan lemari.
·
Tahap
penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan
d. pelaporan.
III.D.3 Tanda titik dua dipakai sesudah
kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
·
Ketua
: Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi
·
Narasumber
: Prof. Dr. Rahmat Effendi
Pemandu : Abdul Gani, M.Hum.
Pencatat : Sri Astuti Amelia, S.Pd.
III.D.4 Tanda titik dua dipakai dalam
naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
·
Ibu
: "Bawa koper ini, Nak!"
Amir : "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa, letakkan baik-baik!"
III.D.5 Tanda titik dua dipakai di antara
(a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c)
judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit dalam
daftar pustaka.
Misalnya:
·
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
·
Surah
Albaqarah: 2—5
·
Matius
2: 1—3
·
Dari
Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
·
Pedoman
Umum Pembentukan Istilah.
Jakarta: Pusat Bahasa.
5.
Tanda Hubung (-)
III.E.1 Tanda hubung dipakai untuk
menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris.
Misalnya:
·
Di
samping cara lama, diterapkan juga ca-
ra baru ….
·
Nelayan
pesisir itu berhasil membudidayakan rum-
put laut.
·
Kini
ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
·
Parut
jenis ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
III.E.2 Tanda hubung dipakai untuk
menyambung unsur kata ulang.
Misalnya:
·
anak-anak
·
berulang-ulang
·
kemerah-merahan
·
mengorek-ngorek
III.E.3 Tanda hubung dipakai untuk
menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau
menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
·
11-11-2013
·
p-a-n-i-t-i-a
III.E.4 Tanda hubung dapat dipakai untuk
memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.
Misalnya:
·
ber-evolusi
·
meng-ukur
·
dua-puluh-lima
ribuan (25 x 1.000)
·
23/25
(dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)
·
mesin
hitung-tangan
Bandingkan dengan
·
be-revolusi
·
me-ngukur
·
dua-puluh
lima-ribuan (20 x 5.000)
·
20
3/25 (dua-puluh tiga perdua-puluh-lima)
·
mesin-hitung
tangan
III.E.5 Tanda hubung dipakai untuk
merangkai
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat);
b. ke- dengan angka (peringkat ke-2);
c. angka dengan –an (tahun 1950-an);
d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H,
sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan); e. kata dengan kata ganti
Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu);
f. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
g. kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan
singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku).
Catatan: Tanda hubung tidak dipakai
di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf.
Misalnya:
·
BNP2TKI
(Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia)
·
LP3I
(Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)
·
P3K
(pertolongan pertama pada kecelakaan)
III.E.6 Tanda hubung dipakai untuk
merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
·
di-sowan-i
(bahasa Jawa, 'didatangi')
·
ber-pariban (bahasa
Batak, 'bersaudara sepupu')
·
di-back
up
·
me-recall
·
pen-tackle-an
III.E.7 Tanda hubung digunakan untuk
menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.
Misalnya:
·
Kata pasca- berasal
dari bahasa Sanskerta.
·
Akhiran -isasi pada
kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.
6.
Tanda Pisah (—)
III.F.1 Tanda pisah dapat dipakai untuk
membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
kalimat.
Misalnya:
·
Kemerdekaan
bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu
sendiri.
·
Keberhasilan
itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.
III.F.2 Tanda pisah dapat dipakai juga
untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain.
Misalnya:
·
Soekarno-Hatta—Proklamator
Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama bandar udara internasional.
·
Rangkaian
temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom—telah mengubah
konsepsi kita tentang alam semesta.
·
Gerakan
Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda—harus terus digelorakan.
III.F.3 Tanda pisah dipakai di antara dua
bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
Misalnya:
·
Tahun
2010—2013
·
Tanggal
5—10 April 2013
·
Jakarta—Bandung
7.
Tanda Tanya (?)
III.G.1 Tanda tanya dipakai pada akhir
kalimat tanya.
Misalnya:
·
Kapan
Hari Pendidikan Nasional diperingati?
·
Siapa
pencipta lagu "Indonesia Raya"?
III.G.2 Tanda tanya dipakai di dalam tanda
kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat
dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
·
Monumen
Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).
·
Di
Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.
8.
Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri
ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Misalnya:
·
Alangkah
indahnya taman laut di Bunaken!
·
Mari
kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
·
Bayarlah
pajak tepat pada waktunya!
·
Masa!
Dia bersikap seperti itu?
·
Merdeka!
9.
Tanda Petik ("…")
III.J.1 Tanda petik dipakai untuk mengapit
petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis
lain.
Misalnya:
·
"Merdeka
atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.
·
"Kerjakan
tugas ini sekarang!" perintah atasannya. "Besok akan dibahas dalam
rapat."
·
Menurut
Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, "Setiap
warga negara berhak memperoleh pendidikan."
III.J.2 Tanda petik dipakai untuk mengapit
judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
Misalnya:
·
Sajak
"Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.
·
Marilah
kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!
·
Film
"Ainun dan Habibie" merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah
novel.
·
Saya
sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam
buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
·
Makalah
"Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta
seminar.
·
Perhatikan
"Pemakaian Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan.
III.J.3 Tanda petik dipakai untuk mengapit
istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
·
"Tetikus"
komputer ini sudah tidak berfungsi.
·
Dilarang
memberikan "amplop" kepada petugas!
10. Tanda Kurung ((…))
III.L.1 Tanda kurung dipakai untuk
mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
·
Dia
memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).
·
Warga
baru itu belum memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
·
Lokakarya
(workshop) itu diadakan di Manado.
III.L.2 Tanda kurung dipakai untuk
mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
Misalnya:
·
Sajak
Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
·
Keterangan
itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
III.L.3 Tanda kurung dipakai untuk
mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan
atau dihilangkan.
Misalnya:
·
Dia
berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.
·
Pesepak
bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.
III.L.4 Tanda kurung dipakai untuk
mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai penanda pemerincian.
Misalnya:
·
Faktor
produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
·
Dia
harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran,
(2) ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan kesehatan.
11.
Tanda Kurung Siku ([…])
III.M.1 Tanda kurung siku dipakai untuk
mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas
kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.
Misalnya:
·
Sang
Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
·
Penggunaan
bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan] kaidah bahasa Indonesia.
·
Ulang
tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia dirayakan secara khidmat.
III.M.2 Tanda kurung siku dipakai untuk
mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda kurung.
Misalnya:
·
Persamaan
kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman
35-38]) perlu dibentangkan di sini.
12.
Tanda Garis Miring (/)
III.N.1 Tanda garis miring dipakai dalam
nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi
dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
·
Nomor:
7/PK/II/2013
·
Jalan
Kramat III/10
·
tahun
ajaran 2012/2013
III.N.2 Tanda garis miring dipakai sebagai
pengganti kata dan, atau, serta setiap.
Misalnya:
·
mahasiswa/mahasiswi
= 'mahasiswa dan mahasiswi'
·
dikirimkan
lewat darat/laut = 'dikirimkan lewat darat atau lewat laut'
·
buku
dan/atau majalah = 'buku dan majalah atau buku atau majalah'
·
harganya
Rp1.500,00/lembar = 'harganya Rp1.500,00 setiap lembar'
III.N.3 Tanda garis miring dipakai untuk
mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan atas
kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.
Misalnya:
·
Buku Pengantar
Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali.
·
Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang
macapat budaya Jawa.
·
Dia
sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.

Posting Komentar